Monyet

Senin, 29 Agustus 2022 18:49 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Monyet
Iklan

Aku akan memelihara monyet, itulah yang akan saya lakukan. Bukan kera besar. Bukan simpanse, atau orangutan, atau apa pun yang gila. Hanya monyet kecil, kamu tahu? Salah satu monyet cokelat atau hitam seperti yang biasa dibawa keliling untuk melakukan pertunjukan di kampung-kampung atau persimpangan lalu lalu lintas.

Aku akan memelihara monyet, itulah yang akan kulakukan.

Bukan kera besar. Bukan simpanse, atau orangutan, atau apa pun yang gila. Hanya monyet kecil, kamu tahu? Salah satu monyet cokelat atau hitam seperti yang biasa dibawa keliling untuk melakukan pertunjukan di kampung-kampung atau persimpangan lalu lalu lintas.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Besarnya pas untuk duduk di bahuku. Dia akan memeluk kepalaku dengan lengan kurus panjang untuk pegangan saat aku berjalan, karena monyet itu akan pergi ke mana-mana denganku.

Jika kamu mau bersusah payah memelihara monyet, tentu saja kamu akan membawanya ke mana-mana.

Aku akan membeli tempat tidur bayi kecil, seperti buaian atau semacamnya, dan memasangnya di kamar tidurku, supaya monyet memiliki tempat sendiri untuk tidur, dan kami akan menemani satu sama lain di malam hari.

Monyet itu pintar, secerdas manusia, bahkan mungkin lebih pintar dari beberapa orang di pemerintahan, jadi monyetku tahu cara menggunakan toilet, dan dia akan selalu membilas seperti yang semestinya.

Aku akan mengajarinya cara makan di meja menggunakan garpu dan sendok dan segalanya. Aku akan membawa monyet itu untuk bekerja. Aku akan membuat meja dan kursi kecil di sudut ruang kantorku tempat ia bisa duduk saat aku bekerja.

Jika bosku datang dan berteriak karena aku tidak menyelesaikan laporan sialan itu tepat waktu, atau karena aku tidak memenuhi kuota penjualan yang tak masuk akal, monyet itu akan duduk di kursinya, hanya menatapnya dengan mata monyet yang bijaksana itu, dengan tenang mengunyah kacang yang keletakkan untuknya dalam mangkuk kecil.

Dia akan membuat bosku gugup sehingga lupa tujuannya datang ke ruang kerjaku yang sebenarnya untuk mengomeliku, dan bosku pergi dan kami—aku dan monyetku— melakukan tos satu sama lain.

Setelah bekerja, aku akan membawa monyet itu ke Upnormal. Aku duduk di bangku, barista menghampiriku dan berkata, “Maaf, kawan, kami tidak membiarkan jenisnya masuk ke tempat kami.” Dan aku menggunakan keterampilan berbicara perutku. Aku menjawabnya tanpa menggerakkan bibir, jadi sepertinya monyet yang berbicara. Seakan-akan monyet berkata, “Ya, saya tahu, tapi dia kesepian jika saya meninggalkannya sendirian di rumah.”

Barista tertawa dan membuatkan secangkir cappucino untukku, dan mungkin bahkan membuatnya menjadi dua cangkir tanpa biaya tambahan.

Pada malam minggu, ketika Upnormal ramai dengan gadis-gadis yang tidak pernah memperhatikanku sebelumnya, mereka duduk denganku karena mereka pikir monyet itu lucu. Aku membiarkan monyetku bertengger di bahu mereka selama beberapa menit, dan monyet akan menilai kepribadian mereka. Monyet menilai kepribadian manusia dengan sangat baik. Kemudian memberiku semacam tanda, mungkin monyet itu menyeringai, memberi tahu gadis mana yang harus aku pilih untuk diajak berkencan malam itu.

Pada akhir pekan, jika cuacanya bagus, aku mengajak monyet ke taman dan membiarkannya berayun di pepohonan agar tubuhnya selalu sehat. Setelah itu kami mampir ke gerobak penjual pisang cokelat dan aku membeli pisang cokelat keju dan kami duduk di bangku taman, makan pisang cokelat keju bersama.  

Orang-orang yang lewat menunjuk ke arah kami dan tersenyum dan tertawa, dan kami menjadi pusat perhatian, dan kami merasa senang berbagi kebahagiaan ke dunia. Ya, kami kita akan bersenang-senang bersama, monyet dan aku.

Beberapa kali aku membawa monyet ke kebun binatang dan kami berdiri di depan kandang memegang monyet lain, dan monyetku akan melingkarkan lengan kecilnya yang berbulu di leherku, memegang erat-erat, dan aku tahu dia senang dia tinggal bersamaku. Bahwa dia tidak merindukan jenisnya sendiri sama sekali, bahwa dia bersyukur atas kehidupan hebat yang telah kuberikan padanya.

Saat kami berjalan pulang, monyet itu bahkan merangkak turun dari bahu ke dalam pelukanku, dan aku menggendongnya seperti bayi. Dia tertidur dan aku mencoba berjalan dengan lembut agar tidak membangunkannya. Monyet kecil bermimpi tentang hutan hijau dan pohon-pohon yang penuh dengan pisang masak.

Kedengarannya sempurna, bukan? Siapa yang tidak ingin memelihara monyet?

 

Bandung, 29 Agustus 2022

Bagikan Artikel Ini
img-content
Ikhwanul Halim

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Anak-anak Malam Minggu

Sabtu, 2 September 2023 17:05 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terkini di Fiksi

img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Fiksi

Lihat semua